Sinopsis Drama Korea My Only One Episode 99-100 Part 2
|“Apa? Pak Kang belum siuman?” tanya Nyonya Park.
Dia masih tidak sadarkan diri?” sambung ayah Dae Ryook.
“Ya. Operasinya berjalan lancar dan kak Go Rae sudah siuman, tapi Pak Kang masih koma.” jawab Da Ya.
“Astaga. Bagaimana jika itu kacau? Sayang, bagaimana jika dia tidak sadar selamanya?” tanya ibu Dae Ryook, si mak Lampir.
“Apa maksudmu? Kamu tidak boleh bilang begitu.” kata suaminya.
“Maksudku, dia koma. Itulah alasanku bilang begini.”
Yi Ryook menyela, “Ibu, dokter bilang operasinya berjalan lancar tanpa masalah. Jadi, kita sebaiknya menunggu dan melihat bagaimana dia siuman.”
“Sungguh? Operasinya lancar?”
“Ya.”
“Lantas, tidak masalah. Dia hanya butuh waktu lama untuk siuman. Dia akan baik-baik saja setidaknya demi Do Ran.” kata Nyonya Park.
“Benar, dia melakukannya untuk menyelamatkan nyawa orang, jadi, dia sebaiknya siuman.” sambung ayah.
“Pasti ini hari yang berat bagi kalian berdua. Naik dan istirahatlah.” kata mak Lampir pada anak dan menantunya.
“Benar, naiklah.”
Yi Ryook dan Da Ya naik ke atas dan masuk kamar.
Tiba-tiba ponsel Yi Ryook berbunyi. Da Ya saat itu sedang ada di meja rias.
“Seseorang menelepon ponsel Yi Ryook. Di mana ponselnya?” Da Ya mulai mencari di meja.
“Tidak ada di sini.” lalu ia mengambil jas Yi Ryook, “Apa di sini?”
Belum sempat menemukan ponsel itu, Yi Ryook datang.
“Da Ya, apa itu ponselku?”
“Yi Ryook. Ada yang meneleponmu. Di mana?” tanya Da Ya.
“Di sini. Biar kuambil.” jawab Yi Ryook sambil merogoh saku dan mengambil ponselnya. Ia langsung mengangkatnya.
“Baik. Ada apa? Toko? Baik, aku akan segera ke sana.”
“Apa? Kamu mau pergi pukul sebegini?” tanya Da Ya heran.
“Ada yang harus kuurus di toko. Aku akan segera kembali.”
“Baik. Kamu pasti lelah. Jangan bekerja terlalu keras.”
“Aku tidak apa-apa. Tidurlah lebih dahulu. Sampai jumpa.”
Yi Ryook keluar.
***
Di luar sudah gelap karena memang telah larut. Yi Ryook berjalan, dan berhenti saat melihat seorang wanita yang tampak sedang menunggu.
Wanita itu ternyata Soo Jung, karyawannya sendiri.
“Oppa!” kata Soo Jung saat melihat kedatangan Yi Ryook.
“Kamu sudah menunggu lama? Soo Jung, kamu tidak boleh melakukan ini lagi.”
“Melakukan apa?” tanya Soo Jung.
“Meneleponku pukul sebegini dan menyulitkanku.”
“Begitukah? Aku tidak bisa menghubungimu dan kamu tidak bekerja hari ini. Aku menelepon karena khawatir. Bisakah kamu membiarkanku?” rengek Soo Jung. Ternyata mereka berdua selingkuh.
“Jang Soo Jung, aku sesibuk itu, paham? Berhati-hatilah mulai sekarang. Jika tidak bisa menghubungiku, kamu tahu aku sungguh sibuk. Serta kamu harus pengertian dan memaafkan, ya?”
“Baik, Oppa.”
“Mau makan daging?” tanya Yi Ryook.
“Aku mau daging sapi.”
“Mari makan daging sapi.”
***
Di rumah sakit, Dae Ryook masih menemani Do Ran. Melihat Do Ran, Dae Ryook melepaskan jaket yang dipakainya, dan menyelimutkannya pada Do Ran.
“Aku tidak apa-apa. Ini sudah larut dan kamu harus bekerja besok. Kamu sebaiknya pulang.” kata Do Ran.
“Aku tidak bisa meninggalkanmu sendiri.”
“Aku bisa sendiri. Kita sudah bercerai. Orang-orang akan bilang apa nanti jika melihat kita?”
“Bagaimana mereka tahu kita sudah bercerai atau belum? Jika kamu keberatan dengan keberadaanku, aku akan duduk jauh darimu.”
Tiba-tiba Tae Pung muncul. Namun, ia tidak jadi mendekat karena melihat Dae Ryook. Ia lalu pergi.
***
“Permisi.”
“Ya, Pak.”
“Apa operasi bosmu berjalan dengan lancar? Aku cemas.” tanya bapak tua itu.
“Operasinya berjalan lancar, tapi dia masih tidak sadar.” jawab Tae Pung.
“Dia tidak sadar? Dia masih belum siuman?”
“Belum.
Bapak tua itu terlihat terkejut dan cemas.
“Ambillah roti ini.”
“Aku tidak butuh roti. Dia dirawat di rumah sakit mana?” tanyanya.
Bapak tua itu berlari keluar.
***
Di rumah sakit, Soo Il masih terbaring tidak sadar.
Do Ran ada di sisi ranjang. Dae Ryook yang tidak mau pulang, berdiri di belakangnya.
“Ayah, ini Do Ran. Putri Ayah. Ayah mendengarku? Ayah… Sampai kapan Ayah akan seperti ini? Ayah tertidur pulas dan ini membuatku cemas. Ayah dan aku. Kita berjanji melakukan banyak hal. Kita berjanji pergi ke Pulau Jeju di musim semi. Ayah harus bangun. Ayah tidak bisa terus terbaring di ranjang seperti ini. Ya? Ayah… ”
Do Ran menangis sedih.
“Ayah mertua. Aku juga di sini. Tolong bangunlah.” kata Dae Ryook.
Yang diajak bicara cuma terbaring diam. Tidak ada reaksi. Mereka lalu keluar kamar. Do Ran memegangi kepalanya.
“Kamu baik-baik saja?” tanya Dae Ryook.
“Terima kasih, Dae Ryook. Kamu sudah melihat Ayah. Kini pulanglah.” kata Do Ran.
“Kenapa kamu terus mengusirku? Aku akan pergi saat mau. Kamu sebaiknya pulang dan beristirahat. Kamu harus makan teratur dan beristirahat agar bisa mengurus Ayah. Aku akan mengantarmu pulang.”
Do Ran menggeleng, “Aku harus tetap di sini. Ayah bisa bangun kapan saja. Kamu sebaiknya pergi.” kata Do Ran.
“Baik, lantas biarkan aku membawakan makanan.”
Do Ran tidak menjawab. Ia pergi meninggalkan Dae Ryook. Tepat saat Do Ran masuk ke ruangan, bapak tua yang bertanya kepada Tae Pung, sampai di situ.
Ia menemui perawat, “Aku harus melihatnya.” kata bapak tua itu
“Bisakah Anda berhenti? IGD punya jam besuk tertentu. Jika mau berkunjung, datanglah nanti.”
“Aku hanya ingin melihat wajahnya. Ada yang harus kusampaikan. Tolong biarkan aku masuk.”
“Ada apa dengan Anda? Anda tidak boleh masuk.” sahut perawat itu keras.
Bapak tua itu tampak kecewa. Dia hanya memandang So Il dari luar.
“Pak. Young Hoon. Maaf. Aku membuatmu amat kesulitan. Maaf. Maaf.” katanya sambil menangis.
Dae Ryook sampai lagi ke situ. Rupanya, dia membeli makanan untuk Do Ran. Kebetulan, Do Ran tidak ada di situ.
Segera bapak tua itu ia dekati, “Pak. Kenapa kamu kemari?”
Bapak tua itu kelihatan kaget, “Aku amat minta maaf.”
“Pak. Apa ada yang ingin kamu sampaikan ke mertuaku?” tanya Dae Ryook.
“Itu…” belum sempat si bapak tua menjawab, Do Ran muncul.
“Pak, kenapa kamu kemari?” tanya Do Ran heran.
“Bukan apa-apa.” katanya sembari ngeloyor pergi.
“Pak.” teriak Dae Ryook. Lalu berpaling kepada Do Ran.
“Kamu mengenalnya juga?”
Dae Ryook mengejar bapak tua itu. Tapi ia kehilangan jejaknya.
“Kenapa dia kemari? Kenapa dia meminta maaf?” Dae Ryook menjadi penasaran.