Kang So Il terbaring tidak sadar di ruangan rumah sakit. Dokter dan perawat tampak sedang mengecek kondisinya. Di luar, Kim Do Ran dan Na Hong Ju memandangnya dengan cemas. Di luar ada Mi Ran dan ibunya, serta Go Rae dan Da Ya juga dengan ibu mereka.
“Kenapa mereka tidak memberi tahu apa yang terjadi? Mereka bahkan tidak memperbolehkan kita masuk. Yang benar saja. Apa ini? Pasti ada yang tidak beres. Sesuatu benar-benar tidak beres, bukan?” So Yang Ja, ibu tiri Do Ran tiba-tiba berkata dengan keras. Hong Ju yang mendengar ini menoleh dengan marah ,
“Kenapa kamu bilang begitu? Pulanglah jika kamu hanya mau bilang begitu di sini.”
” Ibu.” Mi Ran memandang ibunya tak mengerti.
Dokter yang memeriksanya keluar kamar Soo Il
“Dokter, kenapa Pak Kang belum siuman? Apa ada yang tidak beres?” tanya Yang Ja.
“Dia masih belum sadar.”
“Apa? Dia tidak sadarkan diri? Maksudmu… Dia koma?”
“Koma? Apa artinya itu? Apa dia akan mati?”
“Tidak. Operasinya sukses. Mari menunggu beberapa hari dan melihat bagaimana dia pulih.” kata dokter sabar.
“Baik.”
Do Ran memandangi ayahnya sambil menangis. Demikian juga dengan Hong Ju.
“Bagaimana jika dia masih tidak sadarkan diri setelah beberapa hari? Apa yang akan terjadi nanti?”
Tiba-tiba Hong Ju ambruk pingsan. Karuan saja semua orang panik.
“Apa? Astaga! Hong Joo!”
***
“Berkat Demam Korea, hidangan Korea populer di negara lain juga. Kita akan mengembangkan menu untuk menyesuaikan selera mereka dan mengekspornya tahun ini.”
Saat rapat ini, Dae Ryook kelihatan gelisah. Berkali-kali ia melihat jam.
“Di samping yang ada di menu, kita akan membuat pugasan yang cocok…”
Akhirnya rapat itu selesai sudah. Wang Dae Ryook segera turun. Di bawah, ia ketemu dengan So Young.
“Dae Ryook.”
“So Young, ada apa kemari?”
“Ini sudah saatmu pulang. Aku mau meletakkan bunga ini di mejamu dan makan malam denganmu. Aku hampir melewatkanmu, bukan? Apa kamu sudah mau pulang?” tanya So Young.
“Maaf kita tidak bisa Aku ada urusan hari ini.”
“Begitu rupanya. Aku tidak mengabari sebelumnya secara sengaja karena ingin mengejutkanmu.” kata So Young kecewa.
Tiba-tiba ponsel Dae Ryook berbunyi. “Hai, Yi Ryook. Apa? Ayah mertua kakak kenapa? Baik, kakak akan ke sana. Aku harus pergi.”
“Baiklah.”
“Sampai jumpa lagi.”
“Apa? Ayah mertuanya? Apa dia masih menemui mantan istrinya?” kata So Young kesal
***
“Go Rae yang nyaris mati sebelum operasi kini baik-baik saja. Kenapa donornya koma? Kuharap dia pulih tanpa masalah apa pun. Bagaimana jika ada yang tidak beres? Ini sungguh membuat ibu cemas.” kata Yang Ja.
“Bu So. Tolong bantu aku.” kata Hong Sil
“Apa? Aku? Bantu apa?”
“Kalian juga dengar. Jika terkait operasi semacam ini, jika terjadi hal buruk ke salah satu, orang-orang di sekitarnya bisa syok. Itu alasannya identitas donor dan penerima harus dirahasiakan. Tapi kasus kita merupakan pengecualian karena kita keluarga. Jadi, tolong jangan bilang apa-apa soal kondisi Pak Kang ke Go Rae. Walaupun dia sudah pindah ke bangsal umum.” kata Hong Sil
“Tentu saja.”
“Tolong, Bu So. Hati-hati dengan ucapanmu. Dia akan syok jika tahu. Situasinya akan buruk jika begitu.” tambah Hong Sil yang tahu belaka, ibu Mi Ran ini susah berhenti kalau sudah nyerocos.
“Tentu saja. Aku tahu sebanyak itu. Jangan cemas.” kata Yang Ja.
“Ibu, ayo keluar. Bibi harus istirahat. Ayo.” kata Mi Ran kepada ibunya.
***
“Kak, aku akan tinggal di sini. Beristirahatlah di launs atau semacamnya. Kita juga tidak diperbolehkan mengunjungi bangsalnya hari ini. Kakak bisa pingsan jika begini terus…” kata Mi Ran sambil menangis melihat keadaan kakaknya.
“Tidak. Dia akan segera sadar. Dia akan mencari kakak saat sadar. Kakak harus tetap di sini. Kakak baik-baik saja.” kata Do Ran.
“Maaf, Kak. Ini semua salahku.” kata Mi Ran.
“Sebenarnya, aku menyuruh ayah kakak melakukan tes karena ingin menyelamatkan Go Rae. Aku sungguh minta maaf.
Do Ran memandang adiknya, lalu memegang tangannya, “Kakak bilang tidak apa-apa. Dia akan segera sadar. Serta ini yang dia inginkan. Jadi, jangan bilang begitu.”
“Baik, Kak. Tidak ada yang akan terjadi kepadanya.”
Ibu mereka tampak sangat lelah, tertidur di kursi di belakang Mi Ran.
“Kini pulanglah dengan Ibu.” kata Do Ran.
“Aku tidak bisa meninggalkan Kakak sendirian.”
“Tidak apa-apa. Cepatlah.”
“Baik. Aku akan membawa Ibu pulang dan kembali. Ibu, ayo.” kata Mi Ran sembari membangunkan ibunya.
Sambil menguap, ibunya bangun, “Baik. Repot-repot di rumah sakit hari ini membuat ibu pusing.”
Ia menghampiri Do Ran, “Do Ran. Ibu akan kembali besok. Kamu juga sebaiknya tidur. Ya? Aigoo..”
Mi Ran dan ibunya pergi. Di luar, Dae Ryook terlihat berlari ke dalam. Ia mencari kamar So Il dirawat. Pada saat yang sama, seorang perawat keluar dari kamar So Il. Do Ran yang ada di sana, langsung mendatanginya.
“Bu, bagaimana kondisi ayahku? Bagaimana kondisnya? Maksudku, Kang Soo Il. Dia sudah sadar?”
“Belum. Akan kuberi tahu saat dia sadar.” kata perawat itu.
“Tunggu. Bolehkah aku masuk dan melihatnya sebentar? Kumohon. Biarkan aku masuk sebentar.” kata Do Ran sambil menangis.
“Tidak. Anda tidak diperbolehkan masuk kecuali saat jam besuk.” kata perawat itu lagi.
“Ayahku mungkin bangun saat mendengar suaraku. Dia sedang koma, tapi dia mungkin bisa mendengar suaraku. Jadi, tolong biarkan aku masuk.” kata Do Ran memohon.
“Maaf. Tunggu sampai jam besuk besok.” jawab perawat itu yang segera meninggalkan Do Ran yang menangis. Tangisan Uee sangat natural. Matanya merah, dan sesenggukan yang memang terdengar seperti menangis beneran. Saya aja sampai berkaca-kaca saat nulis sinopsis ini. 🙂
Setelah perawat itu pergi, Dae Ryook sampai di situ.
“Do Ran.”
Melihat Dae Ryook, Do Ran lupa bahwa mereka bukan pasangan suami isteri lagi.
“Dae Ryook, aku harus bagaimana?” tanyanya sambil menangis.
Dae Ryook segera memeluknya, “Jangan cemas. Dia kuat. Dia akan segera siuman.”
“Benar? Dia akan baik-baik saja, bukan?” tanya Do Ran.
“Tentu. Percayalah kepadaku.” kata Dae Ryook berusaha menenangkan Do Ran.