Sinopsis Drama Korea My Only One Episode 105-106 Part 5 (End)
|Baiklah, kita sampai akhirnya di Sinopsis Drama Korea My Only One Episode 105-106 Part 5. Dan ini adalah part terakhir di episode terakhir drama ini. Do Ran makan malam bersama ayah, ibu tirinya, dan tentu saja suaminya. Mereka berjalan-jalan.
“Sungguh?” tanya Pak Kang.
“Ya, Da Ya sebenarnya cukup manis dan kekanak-kanakan. Seluruh keluarga baik kepadaku. Aku amat senang belakangan, Ayah.”
“Syukurlah…. Ayah tidak berharap apa-apa selain kebahagiaanmu.”
“Ayah, selama Ayah bahagia, aku berharap… ”
Tiba-tiba terdengar suara Dae Ryook, “Ayah. Do Ran.”
Ia muncul bersama dengan Hong Joo.
“Ini kopi Ayah.”
“Terima kasih, Dae Ryook.”
“Do Ran, es krimmu.” kata Hong Joo
“Terima kasih.”
“Kita sahabat es krim.”
“Lantas, kita sahabat kopi?” kata Pak Kang sambil memandang Dae Ryook yang tertawa senang.
“Ayah. Terima kasih. Karena sudah menerimaku kembali.” kata Dae Ryook sambil berjalan.
“Tidak. Ayah yang seharusnya berterima kasih.”
***
“Universitas Sinmyung”
Dua tahun kemudian.
Do Ran kembali belajar. Ia kuliah hukum. Namun, kemanapun ia pergi, Nyonya Park selalu mengikutinya. Demensianya belum juga sembuh.
“Ikutlah denganku, Myeong Hee.” teriaknya sambil mengejar Do Ran yang berlari.
“Cepat, Kak. Kita terlambat.”
“Tunggu, Myeong Hee. Astaga. Dia selalu sibuk. Ikutlah denganku, Myeong Hee. Myeong Hee, tunggu.”
“Kak, cepat.”
“Myeong Hee.”
“Myeong Hee. Pria di sana. Dia Won Hyuk. Manis, bukan? Kamu sebaiknya meminta nomor ponselnya.”
“Kak, sudah kubilang jangan ganggu aku di kelas. Jika terus begini, Kakak tidak boleh ikut.”
“Baik. Kakak akan diam.”
Kuliahpun usai. Do Ran masih suka berlari. Ini yang membuat Nyonya Park berteriak-teriak.
“Myeong Hee. Kenapa kamu selalu berlari? Kakak amat lelah.”
“Kak, maaf. Tapi ini hari besar.”
“Benar juga. Kita mau ke rumah Soo Il hari ini.”
“Ya, kita harus bergegas.”
“Baik.”
“Sayang.” Dae Ryook ternyata sudah ada di sana.
“Kamu di sini.”
“Berhentilah berlari. Nanti kamu jatuh lagi.” kata Dae Ryook.
“Myeong Hee, kamu lupa meminta nomor Won Hyuk? Katamu kamu akan meminta nomor ponselnya. Kakak sungguh menyukainya.”
“Kak, akan kulakukan nanti, Kita sibuk hari ini.”
“Berjanjilah kamu akan melakukan itu.” kata Nyonya Park.
“Nona-nona, aku akan menjadi sopir hari ini. Masuklah ke mobil.”
“Baik. Ayo.”
***
“Berkat ibu tiri Do Ran, aku bisa tinggal di apartemen mewah seperti ini. Kini aku bisa mati tanpa penyesalan.” kata Yang Ja.
“Kak. Kita sungguh bisa tinggal di sini secara gratis?”
“Astaga, bukan hanya gratis. Ibu tirinya memberikan apartemen ini karena sudah membesarkan Do Ran. Kakak bahkan tidak bisa memberikan banyak daging sapi ke Mi Ran karena Do Ran dahulu. Kakak berhak mendapatkan ini.”
“Astaga. Kakak mulai lagi. Kapan Kakak akan berhenti membahas daging sapi?”
“Tidak akan berhenti sampai mati.”
***
“Sayang, kita harus bergegas. Astaga, wajahmu berkilau. Kamu makin muda.”
“Kamu serius?” tanya si Mak ge er.
“Tentu saja. Kamu makin muda dan cantik. Astaga, mataku. Penglihatanku memburuk.”
“Penglihatanmu memburuk? Sudah kuduga.” si Mak jadi sewot
“Aku bercanda. Kita sebaiknya pergi sekarang. Tunggu. Di mana Yi Ryook dan Da Ya? Hanya tinggal kita yang belum pergi?”
“Ya. Mereka sudah pergi. Ibu dan Do Ran berangkat dari kampus.”
“Lantas, ayo pergi. Nyonya, mau pergi sekarang?”
“Apa yang kamu lakukan?” tanya si Mak melihat suaminya berlagak muda.
***
Tempat itu ramai sekali. Semua orang ada di situ. Yang Ja sedang berbincang dengan Da Ya dan Mi Ran. Masing-masing dengan perut besar, bersama suami masing-masing. Wang Yi Ryook dan Jang Go Rae.
“Kamu harus bersikap baik kepadanya. Kamu juga harus baik kepada istrimu.” kata Yang Ja pada Yi Ryook dan Go Rae.
“Kak, kemari.”
“Tunggu, kakak sedang bicara dengan mereka.”
“Ikutlah denganku.” tarik adiknya, “Sampai jumpa.”
Merekapun memilih tempat duduk mereka.
Pak Kang berjalan bersama Dong Won yang ia anggap sebagai adiknya, semasa di penjara. Masih ingat ‘kan?
“Kurasa seseorang di atas sana menyukaimu.”
“Terima kasih.”
“Di mana putramu?”
“Do Yoon? Dia tadi di sini.”
“Do Yoon.”
Ternyata digendong emaknya, Na Hong Joo.
“Do Yoon.”
“Halo.”
“Hai, Dong Won.” kata Hong Joo gembira.
“Boleh kugendong dia sekali? ”
“Tentu. Do Yoon, dia mau menggendongmu.”
“Dia mirip sekali denganmu.”
“Permisi sebentar.” kata Pak Kang. Ternyata Pak Wang dan isterinya tiba.
“Kami tiba.”
“Halo, terima kasih sudah jauh-jauh kemari.” sambut Pak Kang.
“Ini hari jadi pertama panti asuhanmu. Serta kamu mengadakan pesta ulang tahun untuk anak-anak. Aku harus datang sebagai sponsor mereka.” kata Pak Wang.
“Terima kasih.”
“Selamat. Kami membawakan makanan dan hadiah untuk anak-anak.” kata si Mak.
“Terima kasih. Mereka pasti suka. Terima kasih. Itu mereka.”
“Baik.”
“Selamat.”
“Terima kasih.”
“Bu.” sapa Pak Kang. Ternyata nenek yang tahu rahasia Pak Kang dulu, juga hadir bersama cucunya, yang juga teman Do Ran. Masih ingat juga ‘kan?
“Hei.”
” Terima kasih sudah datang.”
“Harimu akhirnya tiba. Aku turut senang. Terima kasih banyak.”
“Terima kasih.”
“Ayah.” Do Ran memanggil.
“Kamu sebaiknya pergi.” kata nenek itu.
“Baik.”
“Pak Kang Soo Il, Anda mengajukan sidang ulang dan dibebaskan dari tuntutan. Selamat.”
“Terima kasih. Aku masih tidak percaya ini. Rasanya aku bermimpi selama ini. Aku hanya bersyukur atas semuanya sekarang. Tapi ada kalanya aku berharap tidak bangun dari tidurku lagi. Dahulu, saat aku amat putus asa jika ada yang menyentuhku, dan saat aku dicap pembunuh, jika ada seseorang yang membelaku, hidupku pasti sudah berubah. Pikiran itu sering terlintas.” kata Pak Kang.
“Itukah alasan Anda membangun panti asuhan?”
Pak Kang mengangguk-angguk.
Pesta itu berlangsung meriah. Semua orang merasa senang. Pak Kang sangat bahagia. Do Ran, yang melihat senyum ayahnya, ikut merasakan kebahagiaan. Bagaimana tidak, sepertinya, semua yang dirindukannya, akhirnya tercapai. Da Ya melahirkan anak perempuan sedangkan Mi Ran melahirkan anak lelaki. Semua bahagia. Hanya Nyonya Park yang masih belum berubah. Namun, ia juga bahagia. Walau demensia.