Sinopsis Drama Korea My Only One Episode 103-104 Part 3
|Okay, kita lanjut lagi dengan Sinopsis Drama Korea My Only One Episode 103-104 Part 3. Wang Dae Ryook menunggu dengan hati senang di cafe itu, Kadang, ia tersenyum sendiri. Ia merasa bahagia, karena, tidak lama lagi ia akan bersama lagi dengan Do Ran. Ia percaya, Do Ran akan datang. Namun, yang muncul ternyata adalah Pak Kang, ayah Do Ran.
“Ayah, ada apa kemari?”
“Duduklah.”
“Apa terjadi sesuatu terhadap Do Ran?”
“Aku kemari mewakilinya.”
“Kenapa?”
“Kamu berusaha keras membersihkan namaku atas salah tuduhan. Aku sungguh menghargainya. Aku tidak akan melupakannya. Kurasa kamu mau rujuk dengan Do Ran karena namaku sudah bersih. Tapi sayangnya, hubunganmu dengan Do Ran sebaiknya berhenti sampai di sini.” kata Pak Kang tegas.
“Ayah. Tolong bantu aku rujuk dengannya. Nenek dan ayahku sudah setuju.”
“Do Ran sudah membulatkan tekadnya. Jika kamu terus melakukan ini, semua akan terluka. Kamu harus bertemu dengan seseorang yang tepat untukmu. Itu yang harus kalian lakukan untuk satu sama lain. Agar Do Ran bisa melanjutkan hidupnya, aku mau kamu mengakhiri hubungan kalian di sini. Kumohon.. Jaga dirimu.” setelah berkata demikian, Pak Kang pergi dari situ. Dae Ryook hanya memandangnya dengan sedih. Ia tidak bisa mengucapkan sepatah katapun.
***
Pak Kang, Tae Pung, dan Do Ran sedang membagikan roti gratis untuk para tuna wisma. Terlihat sekali, Tae Pung mengamati Do Ran dari jauh, sambil tersenyum kecil. Pak Kang bukannya tidak melihat hal ini.
“Apa kamu menyukai Do Ran?”
Agak gugup Tae Pung menyahut, “Apa?” lalu ia melanjutkan, “Pak Kang, apa maksud Anda?”
Pak Kang tersenyum, “Saat aku di rumah sakit, aku mendengar kamu bicara dengan Do Ran.”
“Kenapa Anda mendengar itu?” Tae Pung heran.
“Aku juga bukannya sengaja. Kamu bilang begitu saja. Jika malu, seharusnya bicara di luar.”
Tae Pung tidak langsung menjawab. Ia melihat Do Ran yang dengan gembira membagikan roti gratis.
“Benar. Aku menyukai Do Ran. Aku sudah menyukainya sejak kali pertama bertemu. Aku tidak tahu dia sudah menikah. Maaf.”
“Tidak perlu meminta maaf…. Tae Pung, terima kasih. Walaupun tahu aku terdakwa pembunuhan, kamu tetap bersama kami dan menyukai putriku.”
“Pak Kang. Lantas, apa boleh aku menyukainya?” tanya Tae Pung.
“Kenapa menanyakan itu kepadaku? Tanya kepada Do Ran. Astaga.”
Mendengar ini, Tae Pung merasa gembira. Kata-kata Pak Kang sama saja dengan “restu”.
“Terima kasih.”
Ia tersenyum. Tiba-tiba ponsel Pak Kang berdering. Ternyata, isterinya yang menelepon, “Halo, Hong Joo.”
“Pak Kang, kita akan makan daging malam ini. Pulanglah lebih cepat.”
“Baik.” lalu ia menutup telponnya, “Tae Pung, ayo ke rumahku dan makan malam bersama.”
Mendengar ini, Tae Pung langsung mau.
“Bu Na, terima kasih sudah mengundangku.”
“Tae Pung bekerja amat keras. Apa ini cukup? Aku akan sering mengundangmu makan malam. Silakan ambil sendiri.” kata Hong Joo
“Baik. Terima kasih.”
“Silakan. Mari makan.”
Tiba-tiba Hong Joo terlihat ingin muntah. Do Ran yang melihatnya langsung bertanya, “Bibi baik-baik saja?”
Tae Pung ikutan nimbrung, “Anda sakit? Butuh obat?”
Dengan cepat Hong Joo menjawab, “Tidak, aku baik-baik saja. Aku tidak boleh minum obat sekarang.”
Do Ran kemudian berkata, “Ayah. Kurasa belakangan ini Bibi sering sakit perut. Bi, biar kuantar ke rumah sakit.”
“Do Ran, bukan begitu. Itu… Itu… Itu… Maksudku… Itu…”
Tiba-tiba Pak Kang memasukkan makanan yang dipegangnya ke mulut Hong Joo, yang menerimanya dengan kaget.
“Aaaaa …. Kamu akan merasa lebih baik setelah makan.”
Hong Joo jadi marah, “Astaga….”, ia coba mengambil soju di depannya. Tapi Pak Kang buru-buru mengambil gelas itu.
“Astaga. Hong Joo tidak akan minum hari ini. Maaf … ”
“Kenapa? Dia harus merayakan dengan kita.” kata Do Ran
“Tidak boleh! Dia tidak boleh minum lagi.”
Hong Joo yang sewot, “Kenapa? Kenapa aku tidak boleh minum? Tolong beri aku alasan tidak boleh minum!”
“Begini… Hong Joo…”
Do Ran melihat ayahnya dan Hong Joo bergantian. Ia agak senyum. Sepertinya, dia tahu apa yang terjadi.
***
Do Ran mengantarkan Tae Pung keluar.
“Aku bersenang-senang hari ini. Hati-hati pulangnya, Do Ran.”
“Sampai jumpa, Tae Pung.”
“Sampai bertemu besok, Do Ran.”
Do Ran berbalik mau masuk rumah lagi. Tiba-tiba sebuah mobil berhenti. Ternyata Dae Ryook.
“Do Ran.”
“Do Ran. Mari bicara kepada orang tua. Aku menemui Pak Kang hari ini. Kamu benar-benar tidak mau rujuk? Itu hanya pendapat Pak Kang, bukan?” tanya Dae Ryook kelihatan khawatir.
“Dae Ryook. Aku tidak mau mengulangi ini lagi. Aku tidak mau orang menderita karena kita. Keluargamu dan keluargaku menderita karena kita. Jika kita putus, semua akan bahagia. Aku akan melupakanmu sekarang. Jadi, kamu harus mengencani seseorang yang selevel denganmu.” Do Ran terlihat menahan tangis
“Apa kamu yakin soal itu?”
“Ya. Aku yakin.” jawab Do Ran.
“Do Ran. Boleh kutanya satu hal lagi? Kamu sungguh bisa melupakanku? Bisakah kamu hidup tanpaku?”
“Ya. Hati-hati mengemudi.” kata Do Ran lalu berbalik dan masuk ke rumah. Sesampai di kamar, ia menangis sedih.
***
“Selamat datang.” kata Do Ran ketika melihat seorang pengunjung memasuki toko roti.
“Lee Tae Pung ada? Aku mau menemuinya.”
“Aku ingat Anda. Halo.” kata Do Ran.
Tae Pung rupanya mendengar. Ia segera menghampiri, “Kakek. Kenapa kemari?”
“Apa maksudmu? Kakek kemari mau menemui cucu kakek.”
Tae Pung mengajak kakek itu keluar, “Keluar.”
“Kakek. Kukira aku sudah melarang Kakek datang kemari. Kubilang aku akan menghilang jika Kakek menemuiku.” katanya setelah mereka di luar.
“Tae Pung. Mari pulang. Kakek dengar kamu tinggal di gudang toko kue. Hati kakek hancur mendengarnya. Kamu punya rumah. Kenapa menderita di sini?”
“Tolong jangan ganggu apa pun yang kulakukan, Kek!” katanya keras
“Lee Tae Pung!” Pak Kang ternyata ikut keluar, “Beraninya kamu bicara seperti itu kepada kakekmu.”
“Halo. Anda kakeknya?”
“Ya.”
“Silakan masuk dan bicara dengannya. Silakan masuk.”
Tae Pung berusaha mencegah, “Pak Kang!”
“Tae Pung, kamu tidak boleh seperti ini! Aku tidak tahu cerita persisnya. Tapi kamu tidak boleh begini kepada kakekmu. Bawa dia masuk.” kata Pak Kang, “Silakan masuk.”
“Tae Pung. Maaf…. Kakek mau minta maaf. Kakek merasa buruk karena menentang pernikahan orang tuamu dahulu. Tae Pung. Bisakah kamu memaafkan kakek? Kakek sudah menua. Bisa meninggal kapan saja.”
“Kakek. Kenapa bilang begitu? Kakek mengancamku?”
Orang tua itu tersenyum, “Kakek bukannya mengancammu. Kakek harap kamu belajar bisnis mulai sekarang. Hanya kamu yang akan mengambil alih bisnis kakek. Orang tuamu juga ingin itu.”
“Kakek. Aku suka begini.”
“Tae Pung! Hanya ini permintaan kakek.
Tae Pung tidak menjawab. Ia bermaksud berdiri dari tempat duduknya. Pak Kang yang sedari tadi ikut mendengarkan percakapan itu, karena toko itu memang kecil, menghampiri, “Tae Pung! Duduklah.”
“Maaf, Pak. Boleh aku bicara?” tanya Pak Kang kepada kakek itu.
“Ya.” kata kakek itu.
“Aku tidak tahu Tae Pung punya kakek. Jika tahu, aku sudah menyuruhnya pulang. Maaf.”
Kakek tua itu tersenyum, “Itu bukan salahmu. Aku memberikan Tae Pung rasa sakit yang tidak bisa terhapus. Ini salahku.”
“Tae Pung. Aku tidak tahu cerita persisnya. Kakekmu datang jauh-jauh kemari untuk meminta maaf dan meminta pengampunanmu. Kenapa kamu menutup hatimu? Kamu merasakan ketulusannya. Tae Pung, pulanglah. Jika kamu tidak pulang, jangan datang ke toko kue.”
“Pak Kang….” sahut Tae Pung
“Aku sungguh-sungguh. Aku tidak bisa membiarkanmu meninggalkan kakekmu sendiri dan bekerja di sini.”
Setelah berkata demikian, Pak Kang meninggalkan mereka. Kakek itu hanya memandangnya. Ia juga melihat kepada Do Ran yang ada di belakang. Dan ia tersenyum …
***
Dae Ryook sedang berada di kantornya. Ia sibuk dengan pekerjaan, namun kelihatan tidak bisa berkonsentrasi. Ponselnya berdering, dan ternyata So Young menelepon.
“Ya, So Young? Aku baru mau meneleponmu. Mari bertemu.”
“Aku khawatir kamu ada janji lain. Apa yang mau kamu lakukan hari ini?” tanya So Young.
“So Young. Mari berhenti bertemu.”
“Apa? Apa maksudmu?” tanya So Young.
“Ibuku berharap terlalu banyak darimu.”
“Dae Ryook. Aku memang bilang kepadamu akan bersama sebagai teman, tapi kukira kita dalam proses menuju hubungan khusus.
“Kamu sudah tahu aku belum bisa melupakan mantan istriku. Aku tidak bisa mengencani orang lain. Maaf jika aku membuatmu salah paham.” kata Dae Ryook.
“Dae Ryook….”
“Itu yang ingin kukatakan. Kuharap kamu menemukan seseorang yang baik. Aku pergi dahulu.”
Dae Ryook pergi meninggalkan So Young.