Sinopsis Drama Korea Graceful Family Episode 1 Part 2
|Baik kita lanjut sekarang dengan Sinopsis Drama Korea Graceful Family Episode 1 Part 2. Untuk part sebelumnya bisa kalian baca di sini. Daftar sinopsis lengkapnya bisa kamu temukan di review drama Korea Graceful Family.
Seorang bapak tua tampak hanyut dengan tontonan drama yang ada di TV. Bapak ini pemilik restoran Tongkeun Galbi. Drama ini dibintangi aktris idolanya, Choi Na-ri. Saking hanyutnya, si bapak ini sampai menangis.
Sementara itu, di meja lain, tepatnya resepsionis, seorang ibu nampak bicara dengan pria muda.
“Kulihat di TV bahwa bisnis yang serupa seharusnya tidak berdekatan.” kata ibu itu.
“Oh, itu? Itu melanggar hukum jika Anda di gedung yang sama, tapi itu tidak berlaku bagi Anda karena Anda di gedung yang berbeda.” jelas si pria muda.
“Lalu apa yang harus aku lakukan? Mereka menurunkan harga dan mencuri pelangganku. Aku hampir tidak bisa membayar sewa. Toko ini membawa anakku hingga kuliah.” ibu ini mulai nangis, atau berlagak nangis
“Pengacara Heo. Bantulah aku di sini. Kumohon. Selamatkan aku, kumohon. Apa yang harus kulakukan? Katakanlah.” lanjut ibu itu.
Si pria yang dipanggil sebagai “Pengacara Heo” memegang belakang kepala. Ia juga bingung tampaknya.
***
“Kode Biru. Kode Biru! Kamar VIP. Kamar VIP. Kode Biru. Kode Biru. Kamar VIP. Kamar VIP.”
Panggilan ini terus diteriakkan operator untuk menjelaskan situasi. Para dokter dan perawat nampak sibuk berlarian menuju kamar VIP. Rupanya pasien mengalami kejadian yang membuatnya kritis. Pria tua ini ditunggui seorang ahjumma yang nampak begitu khawatir. Dokter berusaha untuk memberikan pertolongan.
Sementara itu, di tempat lain yang jauh,
pesta yang meriah sedang berlangsung. Seorang wanita muda nampak begitu menikmati pesta ini.
“Baiklah, mari minum-minum. Ayo minum-minum!”
Dia mengucapkan ini dengan bahasa Inggris. Menilik teman-temannya yang bule, pastinya ini ada di luar negeri.
“Ya! Bersulang.”
“Bersulang.”
Tiba-tiba ponselnya yang ada di meja menyala. Ia bisa melihat ada pesan baru yang masuk. Ia segera membukanya, di sana tertulis, “Pimpinan Senior sedang sakit parah”.
Wajahnya langsung berubah. Ia kaget dan kelihatan khawatir.
“Kamu baik-baik saja?”
Wanita muda ini tidak menjawab. Ia segera meninggalkan pesta itu, menuju kamarnya. Ia mengambil berkas yang disimpannya di brankas. Ada uang dan dokumen-dokumen lainnya.
“Jadi, akhirnya kamu pergi?” tanya temannya yang bule.
“Ya. Aku harus kembali ke Korea. Kakekku sedang sakit.” jawabnya.
“Akankah kamu bisa melewati para penjaga?”
“Jangan khawatir. Itu keahlianku.”
***
“Ayah memang yang mendirikan MC Grup, tapi aku yang membesarkannya. Waktu ayah telah berlalu. Sekarang, serahkan ini kepadaku dan beristirahatlah dengan tenang.” kata seorang pria yang duduk di samping pasien VIP yang tadi ditolong dokter. Ia ditemani pimpinan TOP, si ahjumma yang saya ceritakan di part sebelumnya.
“Apa yang terjadi?” tanya pria ini setelah mereka kembali ke rumah. Si ahjumma masih ikut.
“Beliau mengetahui bahwa Anda dan Nona Seok-hee adalah wali bersama lalu terkejut.” jawab Bu Han, si ahjumma.
“Ayahku tidak pernah melupakan Seok-hee. Dia tidak boleh tahu bahwa ayahku sakit parah. Jika dia mendengarnya, tidak ada alasan untuk menghentikan dia kembali.”
“Tentu saja. Aku akan memberi tahu tim New York untuk mengawasinya dengan ketat.” kata Bu Han. Tiba-tiba ponselnya berdering, “Permisi.” kata Bu Han yang kemudian mengangkat telpon.
“Halo? Apa?” Bu Han nampak kaget.
Bu Han segera kembali ke kantor TOP, Agen Keamanan MC Grup. Tampak ia memimpin rapat yang diisi oleh tim yang pernah saya ceritakan di part sebelumnya.
“Apa yang terjadi?” tanyanya.
“Penerbangan dari New York mendarat di Seoul besok pukul 11 siang. Nona Seok-hee ada di sana.” jawab Ketua Tim Kwon.
“Bagaimana dia bisa naik jika kita memegang paspornya?”
Kwon menjawab, “Dia menukarnya dengan paspor palsu dari perjalanan ke Amerika Selatan.”
Joo Young si peretas memberitahu apa yang dikenakan Seok Hee sebelum naik pesawat. Bu Han merasa ada cukup waktu. Jadi ia minta tim bersiap dengan sebaik-baiknya. Bu Han ingin Seo Hee dikirim lagi ke New York segera setelah ia mendarat. Ia juga menyuruh Joo Young untuk menemuinya.
Joo Young menemui Bu Han di MC Tower.
“Terus awasi telepon Nona Seok-hee.”
“Baik.”
“Setelah Pimpinan Senior masuk UGD, dia naik pesawat ke Korea setelah 15 tahun. Waktunya aneh.” kata Bu Han.
“Aku akan mencari tahu apa keluarga atau seseorang yang dekat dengan Pimpinan Senior yang menghubunginya.”
Bu Han mengiyakan, dan ia menyuruh Joo Young melakukannya diam-diam.
***
TOP, Agen Keamanan MC Grup jadi sibuk karena kabar Seo Hee pulang ke Korea ini. Joo Young segera melakukan pencarian dengan keahliannya.
“Ketua Tim Kwon, aku memeriksa lagi daftar penumpang untuk berjaga-jaga. Dia menipu kita. Dia akan mendarat di Gimpo melalui Shanghai. Ya. Kamu tidak punya banyak waktu. Cepatlah.”
Kwon yang ada di mobil untuk menjemput Seok Hee di Incheon menjawab, “Tim keamanan. Menuju Bandara Gimpo, bukan Incheon Internasional. Kantor pusat, tolong, kendalikan lalu lintas.” katanya dan langsung berbalik arah menuju Gimpo.
“Temukan dia secepatnya dan lakukan sesuai rencana.” Kwon memerintahkan anak buahnya.
“Aku melihatnya.” salah seorang anak buahnya menyahut.
“Di mana?” tanya Kwon. Tapi akhirnya ia juga melihatnya. Ia segera membuka ponsel untuk konfirmasi. Dan benar. Di foto jelas kelihatan kalau Seok Hee pakai baju merah. Dan ia melihat wanita baju merah dengan ciri seperti di foto, sedang berjalan di depannya.
“Permisi. Apa Anda Nona Mo Seok-hee?”
“Apa?” jawab wanita itu sambil membuka kacamatanya. Ternyata bukan.
“Maafkan aku.” kata Kwon.
Kwon segera menyuruh anak buahnya untuk terus mencari. Feelingnya sebagai mantan anggota pasukan khusus bekerja. Ia segera tahu kalau Seok Hee sudah menipunya. Akhirnya ia melapor, “Kepala Han. Kurasa dia sudah keluar.”
Di kantor TOP, Bu Han berkata, “Dia tidak akan menunjukkan dirinya dengan mudah. Tetap bersiaga. Keamanan bandara, kamera lalu lintas, penyewaan mobil, periksa mereka semua.” perintahnya pada Joo Young.
Joo Young segera melakukan pencarian. Dan … ia menemukannya. Di monitor, nampak Seok Hee yang mengenakan topi sedang masuk ke mobil.
Ia ngebut dengan mobilnya. Dia teringat sewaktu dulu ia akan berangkat ke Amerika. Waktu itu, ia berkata pada Bu Han yang saat itu masih berambut panjang dan agak muda. Ia tidak mau pergi. Seok Hee ingin tinggal bersama kakeknya di Korea. Bu Han saat itu hanya diam dan merangkul Seok Hee yang menangis.
Teringat ini, Seok Hee menginjak gas. Ia menyalip sebuah mobil yang dikendarai pria.
“Baiklah. Kamu mau balapan ya? Kenapa tidak?” kata pria itu. Ia mengejar mobil Seok Hee. Kejar-kejaran pun terjadi. Sampai mereka bisa bersebelahan. Pria itu berteriak, “Kamu punya mobil bagus, tapi kamu pengemudi yang buruk. Jika rambutmu berkibar, gunakan atapnya.”
Seok Hee jengkel juga. Ia lalu menginjak gas. Pria ini tidak mau kalah. Dia terus menghalangi Seok Hee menyalipnya. Sampai akhirnya, mereka berada di jalur lambat. Pria ini tiba-tiba menginjak rem karena ada di jalur lambat. Seok Hee jadi kaget dong. Jaraknya terlalu dekat. Ia injak rem sekuatnya. Tapi mobilnya tetap saja menabrak bagian belakang mobil pria itu.
Pria ini keluar dari mobilnya dan berakting kesakitan.
“Astaga. Aku sekarat.” teriak pria ini.
Seok Hee jadi gemas, “Ada banyak cara untuk mengemis.”
“Apa? Mengemis? Kamu sudah gila. Aku mati kesakitan.” pria ini bengak-bengok lagi.
“Tolong… Hentikan.”, Seok Hee makin gemes, “Butuh berapa banyak?” tanyanya.
“Aku menyetir sangat perlahan dan berhati-hati. Dia pasti kaya. Hal pertama yang dia katakan adalah, “Butuh berapa banyak?”, Seolah keluarganya kaya.” cerita si pria.
“Kamu punya sikap buruk untuk orang dengan mobil bagus. Berikan nama dan alamatmu.” tanya pak Polisi. Seok Hee diam saja.
“Kamu akan tetap diam? Nona. Kamu tidak bisa Bahasa Korea?” tanya si polisi.
“Detektif. Aku mau dia ditahan dan dapat pelajaran.” pria gemuk itu kembali berkata tanpa dosa.
“Diam saja bisa memberatkan dirimu. Aku tidak bisa melakukan apa pun tanpa kamera lalu lintas atau kamera dasbor.” katanya pada Seok Hee. Lalu ia beralih pada si pria gemuk, “Aku menghubungi pengacaramu, seperti yang kamu minta. Bersabarlah.”
“Tentu. Terima kasih.”
“Itu dia.”
Polisi ini mendekati orang yang baru datang. Nampaknya mereka sudah kenal, “Pengacara Heo. Orang itu menginginkan pengacara. Semoga beruntung.” kata polisi setengah berbisik.
“Halo. Aku Heo Yoon-do, pengacara.”
Si pria gemuk mau berdiri untuk memberikan tempat duduknya pada pengacara Heo. Tapi si pengacara ini menolak. Ia menyuruh si pria gemuk untuk tetap duduk.
“Pak Pengacara, segera tuntut dia untukku.”
Pengacara Heo membisikkan sesuatu pada pria gemuk, “Aku menginginkan 30% dari uang damainya.”
Si gemuk manthuk-manthuk.
Seok Hee dibawa polisi ke ruangan lain sementara Pengacara Heo berdiskusi dengan si pria gemuk.
Ia membuka ponsel dan melihat berita, “Astaga. Berita palsu.” katanya setelah membaca berita yang berisi artikel soal MC Grup. Tiba-tiba ada notifikasi yang muncul, “Memori Penuh. Rekaman Video Berhenti”
Melihat ini, Seok Hee jadi ingat perkataan polisi tadi soal kamera dasbor dan rekaman video. Ia tertawa. Tiba-tiba pintu diketuk. Masuklah pengacara Heo.
“Ini kartu namaku.” katanya setelah duduk. “Kamu menyalip dan mengancam klienku di mobilmu. Mengemudi balas dendam adalah intimidasi khusus, bukan?”
“Ya. Itu intimidasi khusus.” kata polisi yang ada di situ juga.
“Intimidasi khusus? Apa kamu tidak punya sesuatu yang lebih jelas?” kata Seok Hee
“Imajinasi yang buruk.”
“Imajinasi? Apa ini lelucon? “Butuh berapa banyak?” Apa kamu menangani semuanya dengan uang? Apa kamu begitu kaya?” kata pengacara Heo.
“Dia terlihat seperti pengemis yang membutuhkan uang, jadi, aku bertanya berapa banyak yang dibutuhkan.”
“Kamu tahu ini pencemaran nama baik dan fitnah?” pengacara lagi.
“Bagaimana aku menuntut pengacara karena berasumsi aku yang menyerang? Klienmu berbohong. Cukup tanpa malu untuk menipu detektif dan pengacara. Kamu pikir ini kali pertama dia menyebabkan kecelakaan seperti itu?”
Pengacara Heo dengan cepat menyela, “Asumsi tidak berdasar…”
Seok Hee juga menyela ga kalah cepat, “Asumsi? Ini kenyataannya.” Seok Hee menunjukkan video di ponselnya.
“Korea adalah negara hebat. Aplikasi GPS-nya merekam otomatis.”
Polisi setelah melihat ini jadi jengkel. Ternyata pria gemuk itu membohonginya. Ia segera keluar dari ruangan itu dan marah-marah pada si pria.
“Bukankah seharusnya kamu meminta maaf dulu?” tanya Seok Hee pada pengacara Heo yang jadi salah tingkah.
“Kamu orang baru? Pengacara yang baik akan menetapkan fakta, terlepas dari pernyataan kliennya. Tapi, kamu memercayai klienmu dan mencoba menghasilkan uang dengan mudah. Itu sebabnya, tanpa bukti, kamu mencoba menyelesaikannya dengan wanita lemah yang tidak punya wali. Kenapa? Karena aku seorang wanita? Karena kamu pikir aku lebih muda? Kamu menganggapku gadis bodoh yang bisa kamu buat takut hingga memberikan apa saja yang kamu minta. Kamu beruntung. Ini kali pertama aku memaafkan pengacara bodoh dan penipu jahat.”
Kata-kata Seok Hee ini membuat pengacara Heo makin sumuk. Seok Hee segera berdiri, “Selain itu, jika kamu mau terlihat seperti profesional, berdandanlah seperti profesional.” katanya seraya ngeloyor mau pergi.
Kata-kata terakhir Seok Hee rupanya membuat Heo jadi panas, ia ikut berdiri dan berteriak, “Ahjumma!”
Mendengar ini Seok Hee ga jadi keluar, “Apa?”
“Apa kamu sudah tua? Riasan dan gayamu menunjukkan kamu sudah menikah. Kamu berdandan. Kamu kesal kusebut ahjumma? Seharusnya kamu berpakaian sesuai wajahmu.” kata Heo
“Apa?”
“Aku membalas dengan menilai penampilanmu. Apa kamu tersinggung? Asal kamu tahu, ayahku membelikanku setelan berharga ini dan ini adalah diriku yang lain. Kamu tidak akan tahu apa pun tentang hal yang berharga. Lalu apa? Wanita lemah? Kamu? Kamu merendahkan orang asing dan bertanya berapa yang dibutuhkan. Bukankah kamu mau mengakhiri semuanya dengan cepat? Maka, berdamai dan berpisah akan menguntungkan kita semua.” jawab Heo ga kalah panjang.
“Itu hanya akan bekerja jika dia tidak menipuku. Ini kasus, bukan kecelakaan. Ini kasus penipuan. Kamu pengacara pemula yang mencari kasus di kantor polisi. Beraninya kamu menceramahiku?” kata Seok Hee.
“Lalu kenapa tidak dari awal kamu menunjukkan videonya? Kamu tidak menjawab pertanyaan dan menghina polisi, padahal kamu punya bukti. Itu menghalangi keadilan. Haruskah kita pergi ke pengadilan? Baiklah. Tampaknya kamu sangat sibuk. Selamat tinggal.” katanya sambil meninggalkan Seok Hee.
Gantian Seok Hee yang gemas dibuatnya. Ia melihat kartu nama Heo di situ.
Seok Hee meninggalkan ruangan itu dan bermaksud keluar dari kantor polisi. Kebetulan, pak polisi dan Heo juga ada di belakangnya.
“Hei, dia gagah. Menurutmu apa pekerjaannya? Apa kamu jatuh cinta?” kata pak polisi.
“Dia bukan tipeku.” jawab Heo.
Bersambung ke Sinopsis Drama Korea Graceful Family Episode 1 Part 3.