Etika Berkirim Email

Etika Berkirim Email dalam Dunia Kerja

Etika Berkirim Email – Dunia kerja, adalah dunia yang diatur oleh sebuah sistem. Semua aktivitas yang termasuk di dalamnya, merujuk pada sistem yang berjalan. Pun, begitu dengan mengirimkan email soal kerja. Ada Etika Berkirim Email dalam Dunia Kerja, yang patut untuk kita ketahui.

Saya yakin, kita pasti pernah mengalami ini, terburu-buru dalam mengirim email kepada rekan atau klien tanpa berpikir ? Nah, alangkah baiknya kalau kita mulai berpikir ulang atau membaca kembali email yang akan dikirim sebelum menekan tombol ‘send’. Kenapa ?

Kesalahan Ejaan Meninggalkan Kesan Abadi

Menurut studi terbaru, kesalahan ejaan atau tata bahasa dalam pesan dapat meninggalkan kesan negatif yang abadi. Dua pertiga dari orang mengatakan bahwa mereka kurang mempercayai orang yang mengirim email yang terkesan asal-asalan.

Tidak hanya itu, ada lagi  yang perlu kita perhatikan, jika lain kali Anda berencana cuti berlibur jangan lupa untuk mengirimkan email kepada rekan serta klien kantor.

Mengirim Email Selama Cuti Memiliki Efek Positif

Laporan, oleh Staples UK, perusahaan besar dunia yang bergerak dalam produk kantor dan sumber terpercaya untuk solusi kantor, menemukan fakta bahwa meluangkan waktu mengirim email selama cuti memiliki efek positif pada hubungan dengan rekan kerja dan klien. Sebab dalam penelitian sebanyak 58 persen pekerja kantor mengaku merasa jengkel dan tidak akan melakukan bisnis dengan orang yang mengambil cuti dan tidak meninggalkan pesan ‘Out of Office’ sama sekali. Menurut mereka itu menunjukkan kurangnya profesionalisme.

Amee Chande, Managing Director Staples UK, mengatakan: “Orang-orang membaca email cuti atau berlibur lebih sering dari yang kira.”

“Misalnya, saat Anda mengambil cuti melahirkan beritahukan kepada seluruh rekan dan kolega Anda. Jangan lupa sertakan sebuah kontak alternatif dan tanggal Anda akan kembali di kantor, klien dan kolega Anda akan menghargai.”

Survei tersebut juga menemukan bahwa 46 persen dari pengusaha Inggris tidak pesan saat cuti adalah sebagai salah satu hal terbesar yang mengesalkan.

Sayangnya meski kebutuhan meninggalkan pesan sedang cuti jelas bertujuan  menjaga hubungan baik klien dan rekan kerja, mayoritas perusahaan tidak memiliki kebijakan ini. Maka, 52 persen pekerja membuat insiatif sendiri sedangkan 18 persen tidak pernah repot-repot mengirimkan email sama sekali.

Bagaimana dengan Anda ? Apakah Anda termasuk yang 18 persen ?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.