Sinopsis Drama Korea Vagabond Episode 5 Part 1
|Lanjut kita sekarang dengan sinopsis drama Korea Vagabond episode 5 part 1. Daftar lengkap sinopsisnya bisa kamu temukan di review drama Korea Vagabond.
“Bisa beri komentar?” tanya wartawan.
“Hei, Pak. Kau tidak mendengarku? Pria di bengkel bilang, mereka melakukan sesuatu pada mobilku. Kalian lihat mobilnya? Aku hampir terbunuh! Untuk detailnya, Dal-geon akan maju dan menceritakannya, jadi, jangan ke mana mana dan tunggu di sini.” jawab Kwang-Deok
“Baiklah. Tolong fotokan. Sesuatu terjadi di sini.”
Seung-Beom, asisten Jessica Lee ternyata ngintip kejadian ini. Ia lalu pergi. Kemana lagi kalau ga laporan.
Sementara itu, di ruangan Jessica Lee, Dal-Geon sedang berbincang.
“Ini teh kamomil. Teh ini bisa menenangkan tubuh dan pikiranmu, jadi, aku memintanya dari Direktur.”
“Silahkan kau minum. Kau lebih memerlukannya dariku.” jawab Geon
“Berapa banyak Dynamic membayarmu?” tanya Jessi
“Omong kosong apa itu?” tanya Geon agak jengkel
“Banyak hal berubah, tapi beberapa tak pernah berubah. Uang berarti kekuasaan dan kebenaran tercipta dengan kekuasaan. Maksudku, jangan terlibat pertarungan ini.”
“Jadi, demi uang dan kekuasaan, kau membunuh mereka semua?”
“Kami tidak pernah melakukannya. Aku bahkan tidak menonton berita karena itu membuatku menangis.” kata Jessi.
“Aku tahu kau membunuh Michael, si wakil presdir. Lalu reporter Harian Pyeonghwa, Jo Bu-yeong.”
Agak kaget Jessi. Tapi dia bisa menguasai diri, “Menurutku, kau perlu perawatan. Kau tidak terlilit rasa sakit. Kau memegang rasa sakit itu.” jawab Jessi.
Geon berjalan mendekat, lalu duduk di depan Jessi, “Kau tahu bahwa kau harus cerdas untuk punya akal sehat? Kalian benar-benar bodoh. Kalian berurusan dengan pria yang salah. Waspada. Aku akan menyesap tiap tetes darah kalian.”
“Pak Cha. Apa yang bisa kubantu? Aku merasa kasihan kepadamu.”
Geon mendekatkan mukanya ke arah Jessi, “Hidupkan kembali… Hoon.”, lalu ia berjalan keluar dari ruangan itu. Ia berpapasan dengan asisten Jessi.
“Mobil sudah siap, Bu. Kau bisa lewat pintu belakang.”
Jessica Lee tanya, “Apa yang terjadi dengan Reporter Jo dari Harian Pyeonghwa?”
“Dia sedang menginvestigasi kasus dan melewati batas. Jika kita biarkan…”
“Kau bunuh tanpa izinku? Kau tidak tahu kita di ujung tanduk?” sela Jessi.
“Mustahil terjadi masalah, jadi, jangan khawatir.”
“Bawa mobil ke depan.” perintah Jessi
“Kau akan diganggu para reporter.”
“Menghindar tampak lebih mencurigakan. Aku harus bersikap percaya diri.” kata Jessica.
“Jadi, maksudmu John & Mark adalah dalang jatuhnya B357. Benar begitu?”
“Ya.” jawab Geon.
“Ada yang mendasari klaim itu?” tanya reporter.
“Ada fail video. BIN punya video yang bisa membuktikan perkataanku.” jawab Geon.
Reporter langsung pad ribut, “Jika yang dia katakan benar, ini berita mengejutkan!”
“Maka kalian seharusnya cek kebenarannya pada BIN.” tiba-tiba Jessica Lee dan asistennya muncul. “Ini bukan kali pertama perusahaan kami mendengar klaim ini. Tapi tidak ada satu pun tuduhan itu yang terbukti benar.” katanya yang lalu ia lanjut jalan diikuti asistennya.
Para reporter berusaha menghentikan Jessica. Mereka teriak-teriak sambil mengajukan pertanyaan.
Jessica Lee berhenti sebentar, lalu menoleh ke Geon yang masih ada di panggung, “Lalu, saat klaim Pak Cha terbukti salah, tolong jangan tulis cerita kritis. Dia kehilangan keluarga pada kecelakaan itu. Aku sangat memahami perasaannya.” kata Jessica sambil senyum, lalu berjalan pergi.
NIS jadi sibuk karena pernyataan Geon. Mereka banyak menjawab telpon yang bertanya soal kebenarannya.
“Ya, ini Pusat Panggilan 111. Kami sudah periksa dan tak ada fail video itu. Entah apa yang pria itu katakan.”
“Tidak sedang diinvestigasi.”
“Sudah kukatakan. Itu laporan salah!”
Kantor NIS sibuk dan riuh sekali. Sementara, di ruangan Min Jae-Sik, Go Hae-Ri sedang dimarahi.
“Sudah kubilang, tutup mulut Cha. Apa yang kau lakukan saat dia membuka mulutnya di depan para reporter?” Min teriak-teriak.
“Namun, ucapannya tak sepenuhnya salah.” jawab Go, “Karena sudah begini, kita harus mulai menyidik…”
Min menyela, “Apa kau menjadi berani di Maroko? Menyebalkan.”
Tiba-tiba ponsel Min berdering. Ia segera mengangkat telpon, “Ya, Direktur. Ya, Pak. Aku paham.”
Telpon ditutup.
“Sial, kenapa aku yang harus menghadapi reporter… Semua karena kau, Bodoh! Aku akan mengirimmu ke grup pemberontak Timur Tengah, jadi, jika tak ingin tertembak di sana, bawakan surat pengunduran dirimu. Keluar. Keluar!” teriak Min.
Di luar, Hwa-Sook sudah menanti Go, “Kau nyaris dipecat. Apa rencanamu?”
“Begitu ini masuk berita, polisi akan terlibat. Kita harus bergerak lebih dahulu.” kata Go sambil berjalan.
Hwa segera mengikutinya, “Kau mau ke mana? Aku bisa mati muda karenamu.” gerutunya.
Sementara itu di tempat lain, Pak Gang, atasan Go, sedang melihat foto-foto kematian Michael.
Sampai di foto tangan, ia teringat sesuatu. Saat itu, ia sedang makan dengan Michael. Lalu Michael menandatangani dokumen. Ia menggunakan tangan kirinya. Sepertinya, Michael kidal. Pak Gang mengerutkan alisnya. Tiba-tiba pintu ruangan itu diketuk. Pak Gang memasukkan foto-foto itu ke laci. Ia persilakan masuk yang tadi ketuk pintu. Ternyata Go dan Hwa.
“Kenapa kalian ke sini?’
“Sudah lihat foto yang kukirim?” tanya Go.
“Ya, begitulah.” jawab Gang.
“Kurasa kematian Michael berhubungan dengan jatuhnya pesawat itu.” lanjut Go.
“Lalu?”
“Sampai kapan kau biarkan Direktur Min memerintahmu? Gunakan bantuan kami saja…” gerutu Go gemas.
“Orang tak kompeten, berisik, dan tak punya kuasa. Apa yang bisa kita lakukan?” jawab Gang.
“Kepala. Aku tahu siapa yang tak kompeten dan tak punya kuasa. Apakah aku…” sela Hwa
“Kau bilang, ada yang aneh dengan bunuh diri Michael.” kata Go.
“Itu saja. Aku hanya penasaran tentang kematian temanku. Pergilah.” kata Gang.
“Jika berhasil dipecahkan, kita akan dipromosikan dua pangkat.” kejar Go
Gang tertawa, “Promosi? Menyerahlah. Ini bukan kasus yang bisa dipecahkan orang biasa sepertimu.”
“Kepala!”
Go ngeyel, tapi Hwa menyeretnya untuk pergi, “Ayo pergi.”
Go teriak, “Sejak kapan kau menjadi pengecut?”
Gang emosi, “Apa? pengecut? Dasar kau…”
Go teriak terus walau diseret Hwa, “Kau sama sekali tidak seperti dirimu. Aku sangat kecewa.”
Sepeninggal Go dan Hwa, Pak Gang mengambil lagi foto-foto kematian Michael. Ia penasaran dengan foto tangan itu. Gang lalu mengambil ponselnya dan menelepon. Entah siapa yang dihubungi, “Michael dibunuh. Seorang kidal tidak pernah memakai tangan kanannya saat bunuh diri. Periksa jadwal Michael di Portugal.”
Geon sedang makan bersama Deok.
“Kau tahu Presiden mengundang kita ke Cheong Wa Dae besok?” tanya Deok
“Pukul berapa?” tanya Geon.
“Tapi tidak semua. Hanya beberapa perwakilan yang pergi. Aku akan merekomendasikanmu jika tahu akan begini.” kata Deok kemudian.
Geon sedang melihat-lihat berita melalu ponselnya. Berita soal kecelakaan pesawat tentu saja.
“Ada artikel?” tanya Deok
“Tidak ada.” jawab Geon.
“Apa? Mereka tadi sangat bersemangat. Menurutmu wanita itu sudah mengendalikan mereka?”
Geon berpikir. Ia lalu menelepon Go. Tapi tidak diangkat oleh Go. Sengaja tidak diangkat. Karena Go sendiri pusing dengan kelanjutan kasus ini.
“Kau punya teman di bagian Inspeksi, bukan? Se-hun?” tanya Go pada Hwa.
“Dia tak bisa disebut teman. Kenapa bertanya?”
“Biar kutemukan fail videonya.” kata Go
“Bagaimana caranya?”
Ponsel Go berdering lagi. Ia lihat ternyata adiknya yang telpon, “Apa?” teriak Go.
“Ada masalah, Kak. Salah satu anggota simpanan dana Ibu, lari membawa uang dan Ibu harus menggantinya karena dia ketuanya.”
“Kenapa Ibu selalu mengacau?”
“Aku tidak tahu! Dia perlu lima juta won sekarang. Kakak punya uang?”
“Aku tidak punya uang! Bilang saja, selesaikan sendiri!”, Go langsung menutup telpon.
“Hidupmu juga berat. Astaga. Kau baik-baik saja?” tanya Hwa.
“Kau masih mau aku menemui Se-hun?” tanya Hwa.
***
Hwa akhirnya ketemuan dengan Se-hun.
“Bersulang!”, mereka minum-minum bersama.
“Langsung habiskan, ya?” tantang Hwa.
“Apa? Lagi? Kenapa kau sangat mendorongku… Kau mau membuatku mabuk agar bisa mengisengiku?” tanya Hun.
“Apa? Kau takut?” tanya Hwa.
“Takut kepadamu? Kau selalu membuatku takut.”
“Astaga! Berhenti bicara omong kosong, minum saja! Astaga!”
“Mau ke mana? Sudah mau kabur?”
“Aku mau buang air kecil! Kau tak bisa melarangku!” kata Se-hun
“Kenapa repot-repot punya kandung kemih jika ukurannya kecil?” ejek Hwa.
“Apa katamu? Kandung kemih kecil? Kau menghina harga diriku, Nona. Saat aku kembali dari toilet, kau dalam masalah besar! Paham?”
“Aku bahkan tak tahu alasanku melakukan ini.” kata Hwa sambil mencari kartu ID dari Se-hun.
Masuk Go Hae-Ri ke situ dan langsung mengambil kartu ID dari tangan Hwa, “Terima kasih, eonnie..”, Go langsung pergi lagi.
Hun sudah kembali dari toliet. Hwa segera berkata, “Astaga. Ayam ini enak sekali! Ini restoran ayam yang lezat.”
“Ya.”
Bersambung ke Sinopsis Drama Korea Vagabond Episode 5 Part 2. Daftar sinopsis lengkapnya ada di sini.